Bila
Kau Sepi
Hanifah selalu saja merasakan
sendirian. Karena memang ia menikmati kesendirian itu. Setiap bel istirahat
berbunyi,Hanifah lebih memilih duduk sendiri di bawah pohon beringin di pojokan
sekolahnya. Karena letaknya di pojok jarang sekali ada siswa yang bertandang.
Kalaupun ada pasangan yang mau mojok pasti nggak jadi karena melihat Hanifah di
sana.
Tapi Hanifah
tidak ambil pusing karena ia punya kesibukan di bawah pohon beringin itu.
Menulis puisi,menggambar kartun,dan mengamati gerak-gerik idolanya dari
kejauhan.
Melati ia adalah sosok siswi kebanggaan SMP perwira
tempat Hanifah sekolah. Melati sangat populer selain dia cantik, pintar,
cerdas, juga ia ketua OSIS.Hampir semua siswa suka padanya. Begitu pula
Hanifah. Ia sangat mengagumi Melati.
Hanifah ingin
bisa seperti Melati yang supel dan punya banyak teman. Melati tak pernah
terlihat sendiri ia selalu dikelilingi oleh begitu banyak teman.
Nisa adalah
sahabat Hanifah. Mereka sudah berteman sejak SD.Nisa juga sama- sama pendiam
tapi dia rajin berorganisasi posisinya
di OSIS pun sebagai wakil ketua. Terkadang Nisa menemani Hanifah duduk di bawah
pohon. Tapi ia suka kesal bila mendengar keluh kesah Hanifah . “Nis, andai aku
bisa menjadi populer aku pasti bisa temenan sama Melati,”seru Hanifah suatu
hari.”
“kenapa sih kamu
pengin banget bisa dekat sama dia?”
“Aku mau dikenal
saja sama semua orang,”tutur Hanifah. Selain itu juga aku kagum sama dia....
Makanya kamu
harus gaul dong, Fah. Jangan cuma suka belajar sama bikin puisi terus. Gimana
Melati mau kenal sama kamu kalau kamu sukanya duduk di sini terus. Hanifah
cemberut.
“Bukan gi...tu
aku kan nggak seberani kayak kamu,Nis”kata Hanifah. Ada sirat kesedihan di raut
wajahnya.
“Hmm... masalah
ini! Mendingan kamu ikut aku yuk..! aku kenalin kamu sama teman-
temanku,Vina,Uli,dan Lili. Mungkin dia mau bantuin kamu,”tawar Nisa.”
Hanifah
terdiam,membayangkan dirinya bisa berkenalan sama anak-anak populer? ia ragu
sejenak.
Nisa hanya
memandangi temannya dan terus berfikir. “Aku juga ingin merasakan berteman
denga anak populer,jalan bareng, juga makan di kantin bareng,lanjut Hanifah.
Tapi aku tidak punya keberanian untuk bisa bergabung dengannya.
Nisa memandang Hanifah itu dengan rasa iba. Seringkali Nisa
mengajak Hanifah bergaul tapi ia suka menolak.
Nisa mencoba
berfikir untuk mendapatkan jalan keluar untuknya. Berteman juga nggak harus
sama dia, kan Fah,”ujar Nisa.”
“Tapi aku pengin
banget temenan sama dia soalnya,kalau aku temenan sama dia aku bisa dikenal dan
banyak yang mau temenan sama aku,”jawab Hanifah datar.
“ya udah, besok
kamu ikutan aku aja, ya.”
***
Di rumah Vina.
Hanifah,Uli,Lili,dan
Vina sedang bersantai-santai di kamar Vina. Uli asyik makan snack,sementara
Vina bareng Lili sibuk bersihin muka. Sementara Hanifah? Ia hanya duduk terdiam
melihat mereka bertiga.
Awalnya,Hanifah
diajak Nisa di rumah Vina tapi ia izin pulang dulu. Hanifah merasa dirinya di
biarkan begitu saja. Ia sama sekali tidak diajak bicara. Hanifah risih.
Sebentar-sebentar duduknya bergeser-geser.
Hari ini Melati
ulang tahun. Dan rencananya ia akan mentraktir anak- anak OSIS kumpul di
rumahnya untuk makan malam bersama.
“Li,bisik Uli
ketika ia dan Lili menyingkir ke pojok kamar buat ambil minum. Uli lalu
tersenyum mengejek.”ngapain sih, Nisa bawa-bawa batu kesini? Gaya bicaranya
masih berbisik tapi masih bisa terdengar oleh Hanifah.
“Sst... Nisa kan
minta tolong pada kita buat bikin dia pede gitu!”Uli melirik ke arah Hanifah
yang masih tetap saja diam tanpa tersenyum sedikit pun!
“Woi...! Vina
mengagetkan kedua temannya itu. Kedua temannya pun terlonjak kaget.”Berangkat
yuk! Melati udah nungguin di rumah tuh kasian kan kalau kelamaan.
Serentak Uli dan
Lili beres- beres diri.”Hai, bengong saja mau ikut nggak? Tawar Vina.
Tak lama kemudian
mereka berempat pun siap-siap mau berangkat.”Nanti Nisa datang nggak?”tanya
Hanifah pada Vina.”Iyalah dia kan wakil ketua OSIS,”jawab Vina enteng.
Sepanjang
perjalanan ia hanya terdiam diri saja. Sesampainya dirumah Melati, Uli,Lili dan
Vina langsung bergabung dengan anak-anak OSIS lainnya. Sementara Hanifah dicuekin
begitu saja. Matanya mencari-cari sosok Nisa.
Beberapa anak
OSIS lainnya pun melewati Hanifah begitu saja. Air mata Hanifah langsung
mengalir begitu saja. Ia menyesal mengapa dirinya berada di sini. Seharusnya ia
tidak di sini dan pulang. Ia menggenggam buku puisinya begitu erat. Kepalanya
berputar begitu cepat. Ia tersiksa oleh canda, tawa,dan celoteh riang itu. Lalu
ia memutuskan untuk pulang. Ia menyembunyikan isak tangisnya.
Brak! Tiba- tiba
tubuhnya menabrak seseorang hingga terjatuh. Ia tahu seseorang yang di
tabraknya adalah Melati. Hanifah mencoba berdiri dan meninggalkan Melati begitu
saja. Sebenarnya ia ingin sekali menyapanya,tapi ia mengurungkan niat. Hanifah
hanya menunduk dengan sakit hatinya yang terdalam.
***
Esok harinya,
Hanifah menghabiskan istirahatnya seperti biasa. Duduk di bawah pohon beringin.
Ia mencoret-coret buku gambarnya dengan menggambar karikatur dan kartun.
“ASSALAMU’ALAIKUM?”
sapa seseorang begitu ramah. Hanifah membalikan badannya. Melihat sesosok wajah
yang ada di depannya. “WAALAIKUM SALAM,”jawab Hanifah tidak kalah ramahnya.
Dalam hatinya ada rasa bahagia.
“ Hanifah ya?
Boleh duduk di sini?” “i..ya silahkan,” “ada apa Mel? “ini,” aku menyodorkan
buku pada Hanifah.”Buku kamu ketinggalan kemarin waktu kita tabrakan di rumahku. Ternyata puisi
kamu bagus juga yah. Aku sangat suka dengan puisi kamu. Maaf ya... aku
membacanya.”ya, ngga apa-apa kok,”jawab Hanifah senang.
Mereka berdua
tertawa begitu akrab. “oh ya kemarin aku kan ulang tahun dan belum traktir sama
kamu, kamu mau nggak aku traktir hari ini?” boleh juga.
Mereka pun
berjalan beriringan menuju kantin. Mereka berdua makan dengan senangya. Saling
tertawa dan berbicara begitu akrabnya. Layaknya seorang yang sudah bersahabat
yang lama.
Dari
kejauhan,Vina,Nisa, dan Uli memeperhatikannya. Ia merasa begitu senang
melihatnya. Mereka pun saling saling tersenyum bersama. Misi membuat Melati dekat dengan Hanifah telah berhasil.
Akhirnya mereka semua pun saling berteman. Kesendirian Hanifah kini bukan
berarti kesunyian. Kini dia telah mendapat teman yang begitu baik dan bisa
membuatnya bahagia.
Tamat
0 komentar:
Posting Komentar